Kolaborasi & Sinergi Membangun Perunggasan Nasional

Kolaborasi & Sinergi Membangun Perunggasan Nasional

Foto: Istimewa


Integrator vertikal modalnya kuat, sehingga jika peternak mandiri dibuat integrasi horizontal, nanti hanya akan ada dua pelaku di Indonesia yakni integrator vertikal dan horizontal. Integrator horizontal harus didukung oleh pemerintah dan perguruan tinggi untuk beternak secara berjamaah

 

Dinamika bisnis perunggasan nasional yang dirasakan peternak skala UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) telah lama bergulir. Ketidakadilan kerap kali dirasakan oleh peternak mandiri, sebab baik pemain besar maupun kecil beradu di pasar yang sama yakni pasar tradisional. Otomatis peternak mandiri tergilas, sebab perusahaan terintegrasi memiliki sistem usaha yang lebih efektif dan efisien. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah dalam mengatasi problematika perunggasan nasional.

 

Mencari solusi dari berbagai masalah yang tidak kunjung usai di industri perunggasan tersebut, KPUN (Komunitas Peternak Unggas Nasional) dengan PSP3 (Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan) IPB University dan SASPRI (Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia) menggelar Seminar Perunggasan dengan topik ‘Tanggung Jawab Pemerintah dalam Melindungi Keberlangsungan Hak Usaha Perunggasan Nasional’. Seminar ini digelar pada Rabu (24/1) di IICC (IPB International Convention Center) Bogor, Jawa Barat. Dalam sambutannya, Direktur Perbibitan dan Produksi Direktorat Jenderal Petenakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirbitpro Ditjen PKH Kementan), Agung Suganda berkesempatan untuk mewakili Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman sebagai Keynote Speaker.

 

“Menurutnya, industri perunggasan nasional saat ini masih menghadapi berbagai macam masalah yang harus dihadapi bersama, sebab tidak mungkin bisa diselesaikan terutama isu-isu di broiler (ayam pedaging). Harga live bird (LB) di tingkat peternak masih berada di bawah harga pokok produksi (HPP) sehingga menyebabkan terjadinya kerugian yang luar biasa, dan dari data yang ada kerugian ini cukup tinggi. Bukan hanya untuk peternak rakyat, tetapi juga bagi industri perunggasan secara umum,” kata Agung. Ia mengakui bahwa usaha perunggasan menjadi industri strategis di subsektor peternakan, karena menyumbang hampir atau bahkan lebih dari 60 % PDB (Produk Domestik Bruto) peternakan.

 

Industri perunggasan menyediakan lapangan kerja yang cukup besar dan mendorong pertumbuhan industri nasional, baik pembibitan, pakan maupun industri-industri pengolahan di hilirisasinya. Oleh karena itu, Mentan memerintahkan untuk segera melakukan langkah-langkah perbaikan terutama terkait dengan regulasi agar betul-betul memiliki keberpihakan khususnya bagi perlindungan dan pemberdayaan peternak.

 

Ternak Ayam Berjamaah

Kepala PSP3 IPB University, Prof Muladno memaparkan pandangannya selama 2 dekade terkait industri perunggasan nasional. Menurut perhitungannya, pada 2023 ada uang yang berputar untuk bisnis pemeliharaan broiler selama 30 hari sebanyak Rp 118 triliun. “Tentu ini tidak termasuk bisnis GPS (Grand Parent Stock), PS (Parent Stock), pakan, RPHU (rumah potong hewan unggas), kebutuhan sarana prasarana (sarpras) dan lain sebagainya.

 

Adapun yang mengerjakan angka Rp 118 triliun ini ialah empat tipe pengusaha. Pertama integrator vertikal, kedua pemitra, ketiga pengusaha mandiri, dan yang keempat peternak mandiri,” sebut Muladno sebelum memulai sesi seminar. Ia pun memberikan tiga opsi kepada peternak, pertama ialah tetap seperti sekarang, di mana bisnis carut-marut diiringi dinamika industri yang semakin maju. Kedua, menyerahkan sepenuhnya usaha ke integrasi vertikal dan peternak berubah menjadi pedagang saja jika Indonesia kalah di WTO (World Trade Organization). Muladno menyarankan opsi ketiga, yakni berubah mengikuti pola integrasi vertikal dengan membangun integrasi horizontal.

 

“Integrator vertikal modalnya kuat, sehingga jika peternak mandiri dibuat integrasi horizontal, nanti hanya akan ada dua pelaku saja di Indonesia yakni integrator vertikal dan horizontal. Integrator horizontal ini harus didukung oleh pemerintah dan perguruan tinggi untuk beternak secara berjamaah,” ajaknya.

 

Tantangan, Masalah & Solusi

Agung mengatakan bahwasanya dalam kondisi permasalahan global yang sama-sama dihadapi seperti perubahan iklim, krisis pangan dan ekonomi bahkan ada beberapa negara yang bangkrut, kondisi perang Ukraina-Rusia dan Israel-Palestina tentu mempengaruhi dan memberikan ancaman bagi industri perunggasan nasional. Harapannya tidak terjadi inflasi dan resesi di dalam negeri, tetapi jika pengelolaan pemerintahan salah tentu akan menjurus ke sana juga.

 

“Para produsen pakan saat ini tengah mengalami permasalahan terkait bahan baku, baik di dalam negeri maupun impor. Ini sangat menganggu ketersediaan bahan baku pakan nasional, di mana akan berpengaruh terhadap harga pakan,” papar dia. Permasalahan berikutnya yakni panjangnya mata rantai produksi atau rantai pasok daging broiler maupun telur. Ini yang menjadi salah satu hal yang perlu dibenahi, tanpa harus mematikan hak hidup dari aktor dalam rantai pasok tersebut. Kemudian konsumsi per kapita yang masih rendah, ini juga menjadi tantangan tersendiri untuk diselesaikan. Adapun melalui sosialisasi bersama-sama, tentu konsumsi telur maupun daging akan meningkat.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 293/ Februari 2024

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 293/ Februari 2024

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain