Peternak Muda Domba dan Kambing

Peternak Muda Domba dan Kambing

Foto: 


Prospek pasar Doka masih memberikan peluang untuk diisi peternak – peternak baru, terutama peternak muda. Selain itu, tingkat kompetisi bisnisnya tidak seketat komoditas ternak lain

 

Minat generasi muda untuk untuk terjun di bidang pertanian, khususnya untuk pertanian pangan sangat berkurang. Mereka beranggapan bahwa menjadi petani, salah satunya belum bisa memberikan jaminan yang layak bagi kehidupannya. Hanya tidak terkecuali, bagi industri ternak domba kambing (Doka) yang banyak peternak baru yang berusia muda terjun bisnis ini.

 

Seperti yang diutarakan oleh Ridwan Herdian selaku CEO Bens Farm, peternakan Doka di daerah Bogor, Jawa Barat bahwa berkecimpung menjadi peternak domba merupakan opsi bagi generasi muda dalam berwirausaha. Lantaran usaha ini apabila dipahami secara luas sangat menggiurkan. “Dikarenakan market atau pasar akan terus ada termasuk untuk memenuhi momen akikah dan kurban yang tidak bisa tergantikan,” ujarnya.

 

Menurut saya keadaan dari industri bisnis Doka ini sekarang makin banyak peminatnya kalau dibandingkan dengan dulu. Jadi kalau dulu pada saat mulai bisnis ini sejak kuliah tingkat 2 pada 2010 mulai usaha domba, 2013 mendirikan Ben’s Farm sampai dengan sekarang ini kelihatan banyak khalayak yang ingin menjadi peternak domba.

 

Minat dari peternak, baik yang sudah senior, arti senior adalah usia yang umumnya pensiunan atau usia menengah, di mana orang itu ingin menyisihkan harta atau tabungannya untuk bisnis domba, atau ingin memaksimalkan lahan tidurnya. “Namun saya lihat usia junior atau muda dengan usia produktif lebih banyak,” cetusnya.

 

Diakui Nuryanto, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia ( DPP HPDKI) bahwa industri domba dan kambing memberikan peluang lebih terbuka kepada peternak muda dibandingkan komoditas ternak sapi potong dan unggas. Ada beberapa faktor yang membuat mereka masuk ke kemoditas ternak Doka, diantaranya modalnya sangat terjangkau untuk mau memulai usaha. Lalu, secara teknologi belum terlalu kompleks dibanding sapi ataupun ayam ras. “Ayam ras teknologinya relatif berkembang cepat dan permodalannya pun cukup tinggi serta kompetisinya pun sangat ketat,” jelasnya.

 

Kemudian, dari sifat usaha ternak Doka masih cukup terbuka bagi yang mau terjun ke bisnisnya. Didasari oleh pasar yang masih memberikan peluang untuk diisi peternak – peternak baru. Selain tingkat kompetisi bisnisnya yang tidak seketat ternak ayam dan sapi potong.  “Maka itu, tidak heran kita temukan banyak peternak – peternak baru yang terjun ke bisnis Doka relatif merupakan anak muda. Karena sifat usaha Doka memberikan peluang dan kesempatan kepada mereka,” urainya.

 

Kalau dilihat, menurut Nuryanto anggota HPDKI umumnya anak – anak muda atau yang mempunyai umur dikisaran 17 – 40-an tahun. Rentang umur tersebut cukup dominan di bisnis Doka tanah air dan tersebar mulai dari hulu – hilir. Walaupun, untuk komposisinya di hilir lebih banyak. “Mereka mempunyai berbagai macam kreativitas dalam memasarkan produknya seperti lewat media sosial dll,” cetusnya.

 

Menarik Bagi Peternak Muda

Nuryanto mengatakan yang menarik anak muda terjun di bisnis Doka ini, diantaranya lebih guyub diantara para peternaknya. Walaupun ada kompetisi, tetapi hanya sedikit dan relatif mereka mau berbagi dan belajar. Karena yang memberikan insentif peternak muda adalah pasar yang mendukung. Lalu, resource yang dibutuhkan untuk bisa masuk ke sektor bisnis Doka dapat dijangkau anak – anak muda yang notabenenya masih pemula. “Dibanding komoditas ternak lain yang mau terjun ke bisnis tersebut, untuk kompetitif permodalannya cukup tinggi. Bagi anak muda yang masih mau belajar, explore dan mau mencoba seperti “tidak langsung dibikin kapok”. Sehingga kemudian anak – anak muda mulai berani terjun ke bisnis Doka ini,” terangnya.

 

Adapun memilih komoditas domba, menurut Ridwan, domba memiliki keunggulan dibandingkan dengan ruminansia yang lain yakni tingkat fertilitas dan angka kelahiran cukup tinggi. Dalam dua tahun bisa melahirkan 3 kali. Bahkan setiap kelahiran bisa menghasilkan 1-5 ekor dengan catatan pola manajemen pemeliharaan dilakukan secara optimal.

 

Selain itu, alasan lainnya, bahwa pelaku usaha di komoditas Doka untuk saat ini, tidak seperti pada unggas yang dikuasai oleh perusahaan besar yang mampu menjangkau pasar sangat luas mulai dari hulu sampai hilir. Sehingga terjadi ketimpangan antara perusahaan besar dengan peternak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Berbeda di komoditas domba dimana pelaku bisnisnya mayoritas berada di peternakan rakyat sehingga masih memberikan peluang dan persaingan bisnis dirasa masih sehat. Alhasil, mampu meningkatkan perekonomian di masyarakat akar rumput,” jabarnya.

 

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 294/ Maret 2024

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain